Temu Gemeinde In der Pfarei in kothen |
Antara Kehangatan dan Kesadaran
(kothen 12/03/13) Tanpa disadari ternyata
perkembangan zaman sudah menjadi sebuah bumeran bagi orang muda khatolik.
St.Maria Kothen misalnya, disini dapat di temukan banyak sekali umat Katolik
muda (orang muda katolik) namun kebanyakan tidak ingin pergi ke gereja. Kebanyakan
dari mereka terbawa oleh arus zaman hingga lupa dimana jati diri mereka dan
kepada siapa mereka harus patut berterimakasih atas segala berkat yang
diberikan kepada mereka. Pada suatu minggu saya pergi beribadah dan bertemu dengan seorang
pastor tamu yang kebetulan datang ke kothen untuk menjalakan misi. Tentunya adalah
misi penyelamatan yaitu mengabarkan Injil. Lalu karena sakin penasaranya saya
dengan kondisi umat umat muda di Paroki ini saya pergi mendekat dan bertanya
kepada pastor itu saya “perkenalkan nama saya Agustinus giyai saya dari Papua
dan sedang kuliah disini dan juga saya umat baru disini” lalu pastor berbalik
kepada saya dan memperkenal dirinya pula Pastor” oh ya saya Pasto Frans dari
Leipzig saya sangat senang senang sekali bisa berbicang dengan anda karena nama
Papua saya hanya Pernah dengar dan menjadi sebuah materi yang kami bahas semenjak
kami menerima ilmu di bangku kuliah” . saya “ ya saya pikir pastor sudah tahu
semua tentang Papua dan kondisi Umat disana karena dahulu banyak misionaris
Jerman yang menjadi pengabar injil disana”. Pastor “ mungkin tidak terlalu
banyak namun cukup untuk saya mengerti bagi pengetahuan saya untuk Papua namun saya
harus paham bahwa iklim umat untuk berpastisipasi didalam kegiatan gereja dan
disini amat berbeda “. Saya “ ja itu sangat benar pastor” lalu dengan
berbincang seperti akhirnya saya berrtanya kepada pastor saya “ pastor di Kothen sini saya sering
sekali mengikuti misa di Kapel St.Anna dan di Paroki St. Maria ini namun yang menjadi pertanyaan besar buat saya sekarang adalah kenapa ya orang muda khatolik
tidak terlalu banyak mengambil bagian di Gereja padahal sebetulnya gereja
itukan bagian dari kehidupan yang amat terpenting ?” dengan spontan pastor itu
menjawab pertannyaan saya “ kami mengalami kesulitan untuk pengabaran injil di
kothen dan di Negara bagian Sachsen-Anhalt karena hanya 15 persen dari dari penduduknya yang menganut agama khatolik
dan 30 persennya adalah Kristen Protestan sedangkan yang lainnya adalah bagian
dari Pengaruh Anti Kris karena di Lepzig saja tempat dimana saya melayani
kira-kira ada 99 persen pengaruh anti kris disana. Oleh karena itu kesulitan
yang dialami untuk pekabaran injil di daerah ini sangatlah sulit seumpama
sebuah batu dengan berat 1 juta ton lalu yang dorong hanya 2 atau 4 orang saja.
Nah ini merupakan sebuah hal yang amat mustahil.
Sebagai generasi muda-mudi
gereja Katolik secara universal Tuhan mengajak kita untuk selalu menjadi terang
dan garam dalam perwujudan kita sebagai manusia. Karena pada kodratnya kita
adalah citra Allah yang muliah dan sejati. Tuhan tidak hanya memberikan
Tanggungjawab pelayanan kepada Para pastor dan Pendeta melainkan pada seluruh
umat manusia untuk menjadi berkat untuk orang di semping kita. Hal yang
terpenting dalam kehipan yang perlu untuk di ilhami adalah kesadaran akan diri
kita karena ketika kita menyadari akan segala sesuatu ada dalam diri kita maka
secara tidak langsung kita sudah dan sedang menuju kepada kesempurnaan. Namun
kita harus bahwa untuk menjadi sadar bahwa kita adalah milik Tuhan dan segala
sesesuatunya itu adalah miliknya. itu hanya dapat kita temukan didalam Dia yang
adalah Tuhan dan Sumber dari pada Kehidupan. Kadang banyak dari kita akan
mengalami penyembuhan batin ketika kita sedang berada dalam sebuah
kesulitan dan suasana yang luar biasa sulit untuk menemukan jalan keluar. Nah
ketika itulah banyak dari kita mendapat pertolongan dan kemurahan Tuhan. Kemurahan
dan Pertolongan inilah yang saya biasa katakan sebagai buah batu loncatan untuk
menjadi sempurna dan menjadi seorang sadar akan hidup. (by Guti)
Posting Komentar