ACARA PENYERAHAN SERTIFIKAT KELULUSAN KEPADA PARA TAMATAN STUDIENKOLLEG ZITTAU DI ZITTAU
![]() |
Para penari Pangkur Sagu |
Zittau(11/07/14) Hampir
setiap Wintersemester dan Sommersemester acara penyerahan Sertifikat kepada
lulusan Studienkolleg Zittau dilaksanakan. Studienkolleg sendiri adalah sebuah
lembaga formal yang bergerak dibidang pendidikan yang bertujuan untuk
memberikan bimbingan belajar dan sekaligus penyetaran pendidikan dengan system pendidikan luar negeri jerman kepada semua mahasiswa asing yang telah
menyelesaikan sekolah menegah atas di Negara asalnya dan berkeinginan untuk
melanjutkan pendidikan di jerman. Di
studienkolleg pembelajaran yang akan diberikan hampir sama dengan pembelajaran
di tinggal prakuliah di Indonesia.
Para tamatan Studienkolleg yang akan melanjtukan Studienya pada Wintersemester 2014/2015. |
Pada penyerahan sertifikat kali
ini sangat berbeda dengan penamatan-penamatan sebelumnya. Itu dikarenakan
keikutsertaan tarian Pangkur sagu dari Papua yang dibawakan oleh mahasiswa
Papua yang sedang menempuh pendidikan di Zittau Jerman. Dan kepala
Studinenkolleg sendiri yang juga sebagai pembawa pada acara penamatan
mengatakan bahwa tarian Pangkur sagu merupakan sebuah tarian Budaya yang hanya dapat
ditemukan di wilayah timur indonesia yaitu di Pulau Papua. Ditambahkannya bahwa,
tarian yang dibawakan oleh mahasiswa papua ini merupakan puncak dari acara ini.
Acara ini merupakan sebuah acara
yang spesial untuk semua peserta ditamatkan pada hari itu juga kepada semua
wali orang tua dan undangan lain yang turut hadir dalam acara itu. Oleh karena
itu kepala Studienkolleg dan juga Rektor Hochschule Zittau/Goerlitz yang turut
hadir dalam acara menginginkan bahwa para penari juga dapat mengambil bagian
dalam acara-acara dari Hochschule pada waktu yang akan datang.
Para penari yang terdiri
dari 4 pasang penari ini di berikan kesempatan oleh pembawa acara sekitar 6
menit untuk menari di panggung dan ketika para penari itu mulai masuki panggung acara, para hadirin dan peserta
menyambutnya dengan standingapplouse dan respon dari peserta itu terus
berlangsung hingga para penari meninggalkan panggung. Sebagai putra Papua
merasakan dan melihat sendiri hauforia pada waktu itu dan disisi lain sangat
bangga karena dapat melihat tarian itu di tarikan oleh anak-anak putra-putri
Papua sendiri dengan sangat apik dan elegan. Hingga beberapa kollega saya sendiri takjub dan satu diantara mereka ada yang mengatakan kepada saya begini „ das ist dein Kultur (itu budaya kamu) „ lalu saya spontan membalasnya „ja“ (ya) sambil tersenyum
melihat wajahnya yang heran melihat gerakan dan hiasan para penari itu. Dia
juga mengatakan „ Ich will eines Tages nach papua fliegen, um dies Tanzen richtig von der Naehe anzuschauen“ (saya ingin suatu hari ke papau untuk melihat dari
dekat tari ini). Tarian dan sambutan hangat kollega saya ini menjadi motivasi
buat saya sebagai tunas muda Papua untuk tetap menjaga dan mengembangkan tarian ini
dalam perkembangan zaman yang begitu cepat agar dia tetap kokoh dan tetap dapat
di nikmati oleh generasi-kegenerasi berikut kelak nanti. (Guti)